Kamis, 15 Oktober 2009

KONVERSI MINYAK TANAH

Program konversi minyak tanah ke gas elpiji, belum selesai seluruhnya. masih banyak daerah yang belum mendapat bagian konversi, ato mendapat jatah konversi tapi masih belum lengkap..yang tidak ada selangnyalah..yang belum ada regulatornyalah...jadi belum bisa digunakan. banyak kendala disana-sini yang belum terselesaikan karena kurang siapnya pelaksana dilapangan, belum lagi pungutan dengan dalih biaya transport yang berkisar 5.000 - 10.000.
sekarang harga elpiji 12kg dinaikkan, otomatis kenaikan tersebut akan membuat pelanggannya akan beralih ke elpiji 3kg yang katanya disubsidi oleh pemerintah. menurut saya ni program lucu banget, orang disuruh pindah ke elpiji eh tiba-tiba harganya dinaikkan, barangnya langka dipasaran...ni program beneran untuk kemakmuran rakyat ato untuk kemakuran pemerintah ya....?
kalo kita runut ke belakang, sebenarnya negara kita sangat kaya dengan hasil minyak bumi...tapi ya gitu .. minyak mentahnya kita jual keluar negeri dengan harga murah.. dan kita mengimpor minyak jadi yang harganya berkali-kali lipat. mungkin memang sudah menjadi bangsa kita untuk lebih suka menjadi pembeli daripada menjadi produsen yang menghasilkan barang untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri.
saya sangat salut terhadap pahlawan India Mahatma Gandhi yang berjuang untuk kemerdekaan bangsanya dan juga berupaya memenuhi kebutuhan bangsanya dengan politik swadesi. Hasilnya bisa kita lihat sekarang, negara india bisa menghasilkan karya-karya yang mendunia, ada Bajaj, sepeda motor bahkan Mobil juga sudah mereka buat. Sementara kita sudah bangga bila memakai produk buatan Jepang seperti Toyota, Honda, Suzuki... tanpa pernah berusaha untuk bisa menghasilkan barang itu sendiri.
Entah sampai kapan budaya konsemerisme ini menjajah bangsa Indonesia tercinta ini, patut kita pikirkan bersama agar kita tidak terjebak pada kemapanan dimana kita sudah tidak berusaha menghasilkan dan menjadi bangsa yang mandiri namun kita bangga menjadi pemakai abadi...
Memang tidak mudah mengubah pola pikir yang sudah lama berakar dalam budaya masyarakat, konsumerisme dan Hedonisme. Apalagi tiap saat generasi muda kita di cekoki dengan iklan-iklan yang menarik hati di Televisi, sinetron-sinetron yang terkadang melupakan hakekat kehidupan didunia, untuk membuat prestasi hidup demi kemakmuran bangsa dan generasi mendatang yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar