Selasa, 06 Oktober 2009

IRONI PENDIDIKAN GRATIS

IRONI IKLAN PENDIDIKAN GRATIS DENGAN MAHALNYA

BIAYA PENDIDIKAN

………..Pendidikan gratis ada dimana-mana

…. ..anaknya loper koran bisa jadi wartawan

….. …….anaknya sopir angkot bisa jadi pilot

……….. …………………….Pendidikan bisa!!

Begitulah sekilas kata-kata dalam iklan "pendidikan gratis" yang sering saya saksikan di TV hampir tiap hari dan tiap saat yang dibawakan oleh salah satu artis terkenal ibukota dan seorang Bapak Menteri pendidikan yang terhormat secara langsung. Lantas hal itulah yang menggugah hati dan pikiran saya untuk membuat tulisan ini, apakah benar iklan tersebut? Apa mungkin ada pendidikan gratis dinegeri tercinta ini? bukannya sekedar iklan mendukung capres tertentu?Apakah hal tersebut malah membuat saya dan masyarakat kesal?

Sekarang merupakan pergantian tahun ajaran baru dimana orang tua siswa dan siswa sibuk mencari dan mendaftar sekolah baru untuk melanjutkan sekolahnya. Yang lulus SD mencari sekolah SMP, yang sudah lulus SMP mencari sekolah SMA atau SMK begitu juga yang lulus SMA masih harus berjuang mencari tempat kuliah yang sesuai. Namun satu yang pasti, dibutuhkan biaya untuk melanjutkan sekolah. Semakin tinggi tingkatannya semakin mahal biayanya. Terus dimana sekolah gratis, pendidikan gratis yang didengungkan oleh iklan tersebut.

Kalo saya runut dan ingat kembali ketika saya dulu masih duduk dibangku SD pada tahun 1980-1986 di sekolah dasar (negeri) dengan kurikulum lama yaitu kurikulum 1975, saya masih bisa merasakan pendidikan yang murah meriah. Siswa hanya diwajibkan membayar spp dan membeli buku tulis, sedangkan buku paket mendapat pinjaman dari perpustakaan sekolah yang kalo tahun ajaran sudah habis dikembalikan untuk dipinjamkan kepada adik kelas yang naik kelas/tingkat tanpa ada tambahan buku LKS ato tambahan pelajaran yang diberikan oleh bapak ato ibu guru.

Sekarang kita lihat gambaran pendidikan saat ini, tiap ajaran baru siswa diharuskan membeli buku paket baru tiap mata pelajaran. Itupun masih di tambah dengan LKS atau Lembar Kerja Siswa, untuk satu mata pelajaran bisa menghabiskan 30.000 sampai 40.000 ribu rupiah. Jika 10 mata pelajaran berarti sekitar 300.000 ribu, itu hanya untuk buku paket saja belum uang SPP, uang saku, uang bensin dan uang pulsa karena anak-anak sekarang sudah memiliki sepeda motor dan Handpone meski masih SD ato SMP yang notebene masih kecil alias anak-anak dengan alasan memudahkan komunikasi dengan orang tuanya maka mereka membekali anaknya dengan HP. Lantas dimana pendidikan gratis yang didengungkan oleh pemerintah tersebut? Apakah itu sebuah cita-cita luhur yang ingin diwujudkan ataukah hanya gula-gula pemanis untuk menarik simpati masyarakat pemilih saja.

Di kabupaten Mojokerto sendiri, mulai tahun ini telah dibuka 2 sekolah menengah atas (SMA) dengan kategori RSBI atau Rintisan Sekolah Bertaraf internasional. Melihat Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional tentunya beda dengan sekolah reguler atau sekolah dengan standar lokal/biasa saja. Banyak teman yang memplesetkan RSBI sebagai Rintisan Sekolah Bertarif Internasional, jadi bukan standar mutunya yang sama dengan dunia internasional tapi hanya tarifnya saja atau biaya sekolahnya saja yang mahal karena ruang kelasnya memakai AC yang identik dengan kenyamanan, kesejukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar